
SPI - Hari ini, Senin 13 Juni 2016 telah memasuki hari ke 8 bulan suci Ramadhan 1437 H. Semua umat muslim di dunia tentu merasakan kegembiraan luar biasa melaksanakan ibadah bulan ramadhan ini tak terkecuali seluruh civitas akademika keluarga besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ramadhan membawa banyak perubahan, dari tata cara berpakaian hingga perubahan jam kerja pegawai (semula jam pulang kantor pada pukul 16.00 bergeser lebih cepat ke jam 15.00). Demikian juga dengan individu-individu, terjadi perubahan karena ramadhan, kebebasan makan minum disiang hari diatur sedemikian rupa sesuai kaidah syariah orang berpuasa yakni menjadi saat makan sahur (dini hari) dan saat berbuka puasa (maghrib), sebab orang berpuasa diwajibkan menahan diri dari makan minum dan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit hingga terbenam matahari.
Ramadhan baik secara individual maupun kolektif mampu mengubah perilaku menjadi ke arah yang lebih positif, berperilaku lebih terpuji dengan dasar pengendalian diri (internal). Ramadhan mengajarkan kejujuran sebab hanya individu yang berpuasa saja-lah yang tahu apakah puasanya sudah batal atau tidak, makan dan minum dan hal lain yang membatalkan puasa hanya dirinyalah yang tahu, tidak ada satu orangpun yang tahu kecuali dirinya dan Alloh SWT. Ramadhan mengajarkan model pengawasan yang melekat kepada setiap individu, tak terkecuali di instansi ini, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengawasan melekat (waskat) adalah model pengendalian internal yang acapkali didefinisikan sebagai sebuah upaya yang dilakukan suatu organisasi/instansi untu mengarahkan seluruh kegiatan agar tujuan organisasi/instansinya dapat dicapai secara efektif, efisien dan ekonomis, segala sumber daya dimanfaatkan dan dilindungi, data dan laporan dapat dipercaya dan disajikan secara wajar, serta ditaatinya segala ketentuan/aturan yang berlaku. Dengan model pengendalian internal seperti ini diharapkan tercipta tata kelola universitas yang baik (good university governance).
Bila kita melihat kembali esensi puasa dan esensi pengendalian intern (waskat) diatas terdapat sebuah benang merah. Islam melalui kewajiban berpuasa ramadhan ternyata memberikan solusi model pengendalian internal terbaik. Esensi waskat yang sifatnya pencegahan/preventif dari tindak tanduk penyimpangan, esensi waskat yang mendorong terbangunnya ketaatan tercermin dengan sempurna dalam implementasi puasa ramadhan. Oleh karenanya, kewajiban kita saling mengingatkan (dalam kebenaran) sesama muslim (tawasshaubil haq) perlulah digalakkan melalui momentum bulan suci ramadhan ini sehingga waskat mampu menginternalisasi dalam keseharian semua civitas akademika dan tujuan besar kita mewujudkan good university governance dapat tercapai dengan segala keberkahan dari Alloh SWT. Aamiin. (ac)